Pemeran DreadOut the Movie menyapa penggemarnya di Trupark Museum Cirebon dan sejumlah kegiatan seperti Meet and Greet, Museum Visit, dan School Visit. Kegiatan ini merupakan bentuk kegiatan promosi film besutan sutradara Kimo Stamboel dari The Mo Brothers.
Kegiatan ini dihadiri oleh Ibnu Riyanto CEO Trusmi Group beserta istri, Digital Happiness Co-Founder Dito Suwardita, Wida Handoyo Produser dan sejumlah pemain film seperti Caitlin Halderman Marsha Aruan dan juga Irsyadillah
Sejak tayang perdana di seluruh bioskop pada 3 Januari 2019, film DreadOut telah menembus 642.372 penonton pada hari kedelapan. Angka tersebut menunjukkan respon positif masyarakat terhadap film adaptasi dari game pertama di lndonesia.
”Ini merupakan langkah bagi kami untuk mendukung sebuah film yang memiliki budaya Sunda cukup kental. Mengingat Film DreadOut adalah film pertama yang diadopsi dari game buatan asli dari Bandung, Jawa Barat. Sehingga, kami langsung tertarik dan merasa senang atas kehadiran para pemain film DreadOut di Cirebon." ujar lbnu.
Sebagai game creator, Dito juga mengungkapkan rasa antusiasnya karena Film DreadOut diterima dengan baik oleh masyarakat Cirebon.
”Saya sangat antusias karena warga Cirebon juga bisa menikmati film DreadOut yang diadaptasi dari gim pertama di Indonesia dan digarap oleh Kimo Stamboel. Sekaligus kami juga sangat berterima kasih kepada tim Trusmi Group yang telah mendukung film ini“ujarnya.
Sementara itu, Produser Film DreadOut Wida Handoyo mengatakan Trusmi Group juga telah berkontribusi untuk film bergenre horor ini. Dengan adanya dukungan ini, ungkapnya, tim DreadOut semakin optimis akan dukungan dari masyarkat Cirebon, karena dalam film juga menampilkan berbagai unsur budaya Sunda cukup kental seperti penggunaan bahasa Sunda dalam dialog dan penggunaan kain batik yang dikenakan Hantu Kebaya Merah.
Memang dalam film DreadOut para penonton akan banyak menemukan pemain yang berbicara dalam Bahasa Sunda. Hal ini juga dapat ditemukan di game DreadOut, terutama ketika Hantu Kebaya Merah berinteraksi dengan Linda. Sosok Hantu Kebaya Merah sendiri diciptakan dari pengalaman pengisi suaranya, Risa Saraswati.
Para pemain film DreadOut juga merasa senang untuk berkunjung ke Trupark Museum karena mereka dapat melihat batik asli Cirebon yang sudah bertahun-tahun disimpan di dalam museum ini.
“Seru banget main ke Cirebon, dan ke Trupark untuk ketemu dengan para penonton film DreadOut! Kita bisa keliling museum, ke sekolah, terus kita ada nonton bareng juga. Aku senang sekali bisa langsung menyapa para penonton film DreadOut di sini. Semoga mereka suka nonton film ini, dan aku mau ucapkan terima kasih buat masyarakat Cirebon yang antusias sekali saat menonton film.” kata Caitlin Halderman kepada Cirebonbribin.
Marsha pun merasa senang karena bisa langsung bertemu dengan para penonton film DreadOut sekaligus melihat kebudayaan Sunda di Cirebon. ”Aku seneng banget bisa ke sini, bisa menyapa teman-teman Cirebon, melihat kebudayaan kain batik, dan mengajak semuanya untuk bergabung menembus portal gaib DreadOut.”
Sebelumnya para pemain serta pendukung film DreadOut hadir dalam acara press screening dan gala premiere yang diselenggarakan di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (2/1). Acara sangat meriah dan mendapat antusias wartawan yang hadir di press screening serta dibanjiri sejumlah selebritis yang mengikuti gala premier dengan para pemain, sutradara, produser, serta pendukung lainnya yang terlibat seperti CJ Entertainment, Sky Media, Nimpuna Sinema, dan LytoGame.
Film DreadOut mengambil latar cerita sebelum kejadian dalam game terjadi (prekuel). Film DreadOut menceritakan sekelompok siswa SMA yang berharap mendapatkan popularitas di media sosial. Sekelompok siswa SMA ini pergi ke apartemen kosong, mereka sengaja mengunjungi apartemen tersebut di malam hari untuk merekam kegiatan mereka selama disana. Tidak sengaja, salah satu anggota kelompok, Linda, membuka portal misterius dan membangunkan setan yang dapat menyeret mereka ke dalam neraka.
Film DreadOut yang disutradarai dan diproduseri oleh Kimo Stamboel, Wida Handoyo, dan Edwin Nazir ini telah rilis 3 Januari 2019.(CB-003)
Kegiatan ini dihadiri oleh Ibnu Riyanto CEO Trusmi Group beserta istri, Digital Happiness Co-Founder Dito Suwardita, Wida Handoyo Produser dan sejumlah pemain film seperti Caitlin Halderman Marsha Aruan dan juga Irsyadillah
Sejak tayang perdana di seluruh bioskop pada 3 Januari 2019, film DreadOut telah menembus 642.372 penonton pada hari kedelapan. Angka tersebut menunjukkan respon positif masyarakat terhadap film adaptasi dari game pertama di lndonesia.
”Ini merupakan langkah bagi kami untuk mendukung sebuah film yang memiliki budaya Sunda cukup kental. Mengingat Film DreadOut adalah film pertama yang diadopsi dari game buatan asli dari Bandung, Jawa Barat. Sehingga, kami langsung tertarik dan merasa senang atas kehadiran para pemain film DreadOut di Cirebon." ujar lbnu.
Sebagai game creator, Dito juga mengungkapkan rasa antusiasnya karena Film DreadOut diterima dengan baik oleh masyarakat Cirebon.
”Saya sangat antusias karena warga Cirebon juga bisa menikmati film DreadOut yang diadaptasi dari gim pertama di Indonesia dan digarap oleh Kimo Stamboel. Sekaligus kami juga sangat berterima kasih kepada tim Trusmi Group yang telah mendukung film ini“ujarnya.
Sementara itu, Produser Film DreadOut Wida Handoyo mengatakan Trusmi Group juga telah berkontribusi untuk film bergenre horor ini. Dengan adanya dukungan ini, ungkapnya, tim DreadOut semakin optimis akan dukungan dari masyarkat Cirebon, karena dalam film juga menampilkan berbagai unsur budaya Sunda cukup kental seperti penggunaan bahasa Sunda dalam dialog dan penggunaan kain batik yang dikenakan Hantu Kebaya Merah.
Memang dalam film DreadOut para penonton akan banyak menemukan pemain yang berbicara dalam Bahasa Sunda. Hal ini juga dapat ditemukan di game DreadOut, terutama ketika Hantu Kebaya Merah berinteraksi dengan Linda. Sosok Hantu Kebaya Merah sendiri diciptakan dari pengalaman pengisi suaranya, Risa Saraswati.
Para pemain film DreadOut juga merasa senang untuk berkunjung ke Trupark Museum karena mereka dapat melihat batik asli Cirebon yang sudah bertahun-tahun disimpan di dalam museum ini.
“Seru banget main ke Cirebon, dan ke Trupark untuk ketemu dengan para penonton film DreadOut! Kita bisa keliling museum, ke sekolah, terus kita ada nonton bareng juga. Aku senang sekali bisa langsung menyapa para penonton film DreadOut di sini. Semoga mereka suka nonton film ini, dan aku mau ucapkan terima kasih buat masyarakat Cirebon yang antusias sekali saat menonton film.” kata Caitlin Halderman kepada Cirebonbribin.
Marsha pun merasa senang karena bisa langsung bertemu dengan para penonton film DreadOut sekaligus melihat kebudayaan Sunda di Cirebon. ”Aku seneng banget bisa ke sini, bisa menyapa teman-teman Cirebon, melihat kebudayaan kain batik, dan mengajak semuanya untuk bergabung menembus portal gaib DreadOut.”
Sebelumnya para pemain serta pendukung film DreadOut hadir dalam acara press screening dan gala premiere yang diselenggarakan di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (2/1). Acara sangat meriah dan mendapat antusias wartawan yang hadir di press screening serta dibanjiri sejumlah selebritis yang mengikuti gala premier dengan para pemain, sutradara, produser, serta pendukung lainnya yang terlibat seperti CJ Entertainment, Sky Media, Nimpuna Sinema, dan LytoGame.
Film DreadOut mengambil latar cerita sebelum kejadian dalam game terjadi (prekuel). Film DreadOut menceritakan sekelompok siswa SMA yang berharap mendapatkan popularitas di media sosial. Sekelompok siswa SMA ini pergi ke apartemen kosong, mereka sengaja mengunjungi apartemen tersebut di malam hari untuk merekam kegiatan mereka selama disana. Tidak sengaja, salah satu anggota kelompok, Linda, membuka portal misterius dan membangunkan setan yang dapat menyeret mereka ke dalam neraka.
Film DreadOut yang disutradarai dan diproduseri oleh Kimo Stamboel, Wida Handoyo, dan Edwin Nazir ini telah rilis 3 Januari 2019.(CB-003)