Ratu Mawar (jilbab putih) menyuarakan penolakan terhadap pengobatan PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV. |
LEMAHWUNGKUK (CIREBON BRIBIN) - Warga Kesultanan Cirebon yang diwakili Ratu Mawar dari Keraton Kanoman, Pangeran Tomi dari Keraton Kacirebonan dan Pangeran Upi dari Keraton Kasepuhan kompak menolak penobatan PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV.
Ratu Mawar dari Keraton Kanoman mengungkapkan, penolakan juga datang dari pesantren - pesantren dan keluarga Kesultanan Banten.
Keraton Kasepuhan sebagai peninggalan Sunan Gunung Jati, menurutnya hanya berhak diteruskan oleh orang yang memiliki trah atau senashab dengan Sunan Gunung Jati.
"Beliau (PRA Luqman Zulkaedin) bukan keturunan dari Sunan Gunung Jati," ungkapnya, Minggu (30/8).
Dia mengatakan, penolakan tersebut sebagai upaya untuk meluruskan sejarah yang salah.
Penerus Keraton Kasepuhan yang merupakan keturunan Sunan Gunung Jati hanya terputus sampai pada Sultan ke V, Sultan Matangaji.
"Sultan ke VI adalah pilihan Belanda, dan bukan keturunan Sunan Gunung Jati," katanya.
Terkait mengapa masalah ini baru mencuat pada saat penobatan Sultan Sepuh XV, Mawar mengatakan bahwa sebelumnya sudah dilakukan upaya-upaya untuk meluruskan hal tersebut.
"Sudah dan mungkin tidak pernah terekspos. Dan saat ini adalah momentum atau waktu yang sangat tepat," tuturnya.
Ditambahkan Pangeran Tomi dari Keraton Kacirebonan, penolakan penobatan Sultan Sepuh XV guna meluruskan sejarah merupakan kewajiban dari para warga, keluarga, kerabat Kesultanan Cirebon.
"Perlu diketahui, penerus yang menjadi Sultan adalah harus harga mati darah keturunan Sunan Gunung Jati," tambahnya.
Terkait dengan penobatan Sultan Sepuh XV yang baru saja dilangsungkan, Tomi mengatakan bahwa sebaiknya saat ini berkaca diri, keturunan darah siapa yang mengalir dalam tubuhnya, apakah ada darah Sunan Gunung Jati atau Tidak.
"Ini bisa dibuktikan, bila jaman sekarang dengan tes DNA dan bila jaman dahulu dibuktikan dengan silsilah," pungkasnya.(CB-003)