Peluncuran Gerakan Sedekah Pangan Nasional di Waqf Distribution Center (WDC), Gunung Putri, Bogor, Selasa (23/2). |
Permasalahan pangan pun menjalar di bagian hilir, yakni terbatasnya akses pangan bagi warga prasejahtera sebagai dampak merosotnya ekonomi di masa pandemi. Keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia pun terancam. Berdasarkan indeks keberlanjutan pangan keluaran The Economist Intelligence Unit 2020, Indonesia berada di bawah Ethiopia dan Zimbabwe. Begitu pula pada indeks kelaparan global 2020. Indonesia tercatat meraih skor 19,1, jauh di bawah Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Rangkaian fakta ini membawa Indonesia pada ancaman kerawanan pangan.
Permasalahan pangan dari hulu ke hilir ini mendorong Aksi Cepat Tanggap untuk bergerak lebih total dalam memulihkan kondisi tersebut. Gerakan Sedekah Pangan Nasional diinisiasi untuk mengajak masyarakat terlibat dan meluaskan program-program pangan ACT dan Global Wakaf yang ditujukan untuk menciptakan ketahanan serta kedaulatan pangan bangsa. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin, saat peluncuran Gerakan Sedekah Pangan Nasional di Waqf Distribution Center (WDC), Gunung Putri, Bogor, Selasa (23/2).
Sedekah, terang Ahyudin, menjadi komponen utama dalam gerakan tersebut. Sedekah tak hanya menjadi solusi permasalahan kehidupan, termasuk permasalahan pangan.
“Sedekah di tengah masyarakat kita identik dengan hal yang kecil. Padahal sesungguhnya, sedekah merupakan solusi besar, modal membangun peradaban. Sedekah merupakan ‘obat’ yang luar biasa. Oleh karena itu ACT kembali menghadirkan gerakan agar peradaban dunia lebih baik, dan kali ini kami menghadirkan Gerakan Sedekah Pangan Nasional,” kata Ahyudin.
Presiden ACT Ibnu Khajar menekankan, pangan menjadi fokus utama gerakan tersebut mengingat pangan merupakan salah satu sumber kehidupan.
“Bahkan Allah selalu menyerukan besarnya pahala tentang memberi pangan ke orang lain. Maka dari itu, ACT salah satu fokusnya ialah pemenuhan pangan bagi masyarakat yang membutuhkan, mulai dari produsen pangan hingga konsumen pangan. Gerakan Sedekah Pangan Nasional diharapkan menjadi salah satu langkah mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan,” papar Ibnu.
Menjaga ekosistem pangan
Bersama Global Wakaf, ACT membangun ekosistem pangan dari hulu ke hilir. Wakaf akan memainkan peranan besar dalam Gerakan Sedekah Pangan Nasional ini, yakni mengoptimalkan program-program pendukung para produsen pangan. Wakaf Distribution Center, yang menampung suplai pangan dari para petani binaan serta donatur, pun menjadi penyambung dari produsen pangan kepada warga prasejahtera yang membutuhkan pangan.
“Dari sini terlihat bagaimana wakaf jadi solusi atas segala permasalahan masyarakat, khususnya kemiskinan dan kerawanan pangan yang menjadi masalah laten. Produk-produk hasil pengelolaan dana wakaf akan disalurkan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Contohnya saja Beras Wakaf dan Air Minum Wakaf,” jelas Presiden Global Wakaf - ACT, N. Imam Akbari.
Produk-produk tersebut juga digunakan dalam sejumlah program pangan ACT di sektor hilir, di mana manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Misalnya saja Humanity Care Line, Humanity Rice Truck, Humanity Food Truck, Operasi Beras Gratis, dan Operasi Makan Gratis.
Dengan demikian, Gerakan Sedekah Pangan Nasional diharapkan menjadi salah satu langkah mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Pangan yang tercukupi dari hulu ke hilir, insya Allah akan mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa produsen pangan. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat, masyarakat Indonesia mampu mewujudkan peradaban pangan yang baik.
“Bismillah bersama-sama kita targetkan 50 juta penerima manfaat, 5 juta donatur dan 1 juta relawan terlibat dalam gerakan masif multimanfaat dari Gerakan Sedekah Pangan Nasional. Jadilah bagian dari gerakan ini, yang terbuka untuk umum. Setiap orang, artis selebritis, tokoh, ulama, masjid, sekolah, perguruan tinggi, komunitas, perusahaan, dan setiap entitas apapun yang memiliki rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap kondisi bangsa dan masyarakat Indonesia,” tutup Imam. (CB-003)