KESAMBI (CIREBON BRIBIN) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sektor jasa keuangan tetap stabil dan terus bertumbuh, tercermin dari semakin meningkatnya fungsi intermediasi baik di sektor perbankan maupun di Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) serta bertambahnya dana investor di pasar modal.
Kinerja sektor keuangan yang terjaga dengan baik ini sejalan dengan fungsi pengawasan yang terus dilakukan OJK serta relatif terkendalinya pandemi Covid-19 sehingga mobilitas meningkat yang berdampak pada perbaikan aktivitas perekonomian.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Cirebon, M. Fredly Nasution mengatakan, pada tingkat regional, indikator sektor jasa keuangan di Wilayah 3 Cirebon yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan menunjukan angka positif pada seluruh sektor.
"Meliputi Perbankan, Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) dan Pasar Modal," katanya dalam konferensi pers akhir tahun di Kantor OJK Cirebon, Selasa (28/12).
Dia menjelaskan, pada sektor Perbankan, data per Oktober 2021 dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit bank umum konvensional di Ciayumajakuning menunjukkan tren positif secara year on year (yoy) masing-masing tumbuh sebesar 3,82% (menjadi Rp36,23 triliun) dan 9,51% (menjadi Rp41,40 triliun).
Pada bank umum syariah & unit usaha syariah, tren positif juga terjadi ditunjukkan dengan meningkatnya DPK menjadi Rp2,86 triliun (9,48% yoy) dan penyaluran pembiayaan sebesar Rp2,76 triliun (11,52% yoy).
Peningkatan kredit dan pembiayaan pada bank umum di tengah pandemi Covid-19 dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, terlihat dari level kredit bermasalah yang terjaga di level 2,41% (konvensional) dan 2,73% (syariah).
"Hal ini menggambarkan bahwa perbankan tetap berkomitmen mendukung pemulihan ekonomi karena dengan adanya penambahan modal usaha/pembiayaan konsumtif maka dapat menjadi salah satu faktor penggerak ekonomi di tengah masyarakat," jelasnya.
Pada sektor Bank Perkreditan Rakyat (BPR), di tengah situasi pandemi Covid-19, BPR di bawah pengawasan Kantor OJK Cirebon dapat menunjukan tren positif pada posisi November 2021 yaitu terjadi pertumbuhan pada Total Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit namun terjadi penurunan pada laba berjalan.
Kredit pada BPR mampu mencatatkan tren positif sebesar 5,38% yoy menjadi Rp2,54 triliun sedangkan DPK meningkat double digit 13,09% yoy menjadi Rp2,48 triliun.
"Hal ini menjadi indikator bahwa masyarakat makin mempercayai BPR sebagai tempat menyimpan dana dalam bentuk tabungan dan deposito," ujar Fredly
Aset BPR pun mengalami kenaikan sebesar 9,85% menjadi sebesar Rp3,44 triliun. Namun di sisi kredit bermasalah, terjadi sedikit peningkatan pada BPR yaitu sebesar 0,28% dan terjadi penurunan pada sisi laba berjalan sebesar 10,39%.
Untuk sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan dan modal ventura di wilayah kerja Kantor OJK Cirebon mencapai Rp5,33 triliun (data Oktober 2021) yang didominasi pembiayaan motor, mobil, dan permodalan usaha.
Selain Perbankan, Perusahaan Pembiayaan juga merupakan salah satu industri yang cukup banyak melakukan restrukturisasi kredit/pembiayaan. Tercatat, data perakhir November 2021, relaksasi telah dilakukan terhadap 127.712 debitur dengan total pembiayaan yang direstrukturisasi sebesar Rp3,44 triliun.
Pada industri asuransi, posisi Triwulan 3 - 2021 terdapat Rp744,04 miliar premi pada asuransi jiwa dan Rp182,76 miliar pada asuransi umum dengan total klaim masing-masing sebanyak Rp538,08 miliar dan Rp66,61 miliar.
Dari sektor Lembaga Keuangan Mikro (LKM), statistik menunjukan bahwa data sampai dengan bulan November 2021 dana pihak ketiga kelolaan LKM yang mencakup LKMS Gunung Jati, LKMS Talaga, LKM Kuningan, LKM BKD Cirebon, LKM BKD Mandiri Cirebon, LKM Mina Sumitra Indramayu, dan LKM BKD Indramayu tercatat sebesar Rp30,71 miliar (meningkat 10,65% yoy) dengan baki debit kredit/pembiayaan sebesar Rp42,26 miliar.
Selain LKM tersebut, terdapat dua LKM yang dibentuk pemerintah dengan tujuan khusus, yaitu LKMS Buntet Pesantren (dikenal dengan nama Bank Wakaf Mikro Buntet Pesantren), dan LKMS KHAS Kempek (Bank Wakaf Mikro KHAS Kempek) yang fokus pada pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren.
"Dua LKMS tersebut mendapatkan dana kelolaan dari pemerintah yang disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan dan tidak diperkenankan untuk mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Data November 2021 menunjukkan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp452 juta kepada 268 nasabah," tutur Fredly.
Sementara itu, pada sektor pasar modal, Fredly mengatakan, sampai dengan bulan November 2021 terjadi pertumbuhan yang signifikan dalam kepemilikan saham di Wilayah 3 Cirebon yaitu sebesar 77,27% atau mencapai Rp1,43 triliun dengan jumlah investor saham sebanyak 52.688 orang. Jumlah kepemilikan reksa dana pun mengalami kenaikan yang cukup signifikan baik dari sisi nasabah maupun nominal.
"Jumlah nasabah pemilik reksa dana saat ini sebanyak 3.471 orang atau meningkat sebesar 38,07% dengan nilai sebesar Rp123 miliar atau meningkat sebesar 26,42%," katanya.
Peningkatan tersebut salah satunya didorong oleh pelaksanaan edukasi yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia Jawa Barat bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Galeri Bursa Efek Indonesia yang tersebar di 6 (enam) kampus yaitu UGJ, IAIN Syekh Nurjati, Universitas Muhammadiyah Cirebon, Universitas Wiralodra Indramayu, Universitas Majalengka, dan Universitas Kuningan.
"Ini salah satu bentuk edukasi yang rutin dilakukan adalah melalui Sekolah Pasar Modal (SPM) yang sepanjang 2021 telah dilakukan sebanyak 25 kali," tambahnya. (CB-003)