KESAMBI (CIREBON BRIBIN) - Indonesia diperkirakan pada tahun 2030-2045, akan mengalami bonus demografi. Pada rentan waktu tersebut mayoritas warga Indonesia adalah generasi Zillenial dan millenial (kelahiran 1995-2012).
Hal ini selaras dengan data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan 27,94℅ warga Indonesia adalah generasi muda zillenial dan millenial.
Di tengah bonus demografi yang besar ini, di satu sisi menjadi peluang positif bagi kemajuan negara, tapi di sisi lain muncul kekhawatiran menjadi masalah apabila tidak disiapkan dari sekarang. Seperti permasalahan stunting, daya dukung lingkungan di tengah krisis iklim, dan kebijakan pemerintah yang belum maksimal dalam penanganan ekonomi pasca pandemi.
Hal ini muncul dalam gelaran Diskusi dan Launching Gerakan Bersama Indonesia Chapter Cirebon dengan tema “Keadilan Antargenerasi: Menuntut Hak Milenial-Gen Z, Kini dan Nanti” yang diselenggarakan Bersama Indonesia pada Minggu 20 Agustus di Lattar Coffe, kawasan Stadion Bima, Kota Cirebon.
Hadir sebagai pembicara, Co-Founder Bersama Indonesia, Grady Nagara, Dosen UMC dan Penulis, Nissa Rengganis, Founder dan CEO Kolaborator Kebaikan.ID, Omar Qad Panity, serta salah seorang alumni Forum Indonesia Muda Regional Cirebon, Francis Widaswara. Tak hanya itu, peserta juga hadir dari berbagai kalangan yang terdiri dari elemen pelajar, mahasiswa, dan masyarakat secara umum. Betul-betul mrepresentatifkan lintas generasi.
"Sebagai Gen-Z yang lahir di tahun 1997-2012, saat kini kita sedang menjadi dominasi di Indonesia. Dalam konteks lintas generasi, tak hanya zilennial yang berperan penting tetapi juga lintas generasi termasuk milennial dapat membawa perubahan menuntut keadilan sosial," ujar Omar Qad Panity dalam presentasinya dihadapan peserta diskusi yang mayoritas mahasiswa dan pelajar.
Menurut pendiri Kolaborator Kebaikan.ID ini, di Cirebon sendiri, diidentifikasi ada lima masalah yang sering terjadi, diantaranya banjir, macet, jalanan rusak, kekeringan, dan pengelolaan sampah.
Francis Widaswara, pembicara kedua di kegiatan tersebut mengajak anak muda untuk berkontribusi aktif dari mulai hal-hal di sekitaran lingkungan terdekat, seperti di desa.
"Menuntut hak-hak dan kewajiban kita sebagai generasi muda, tidak perlu jauh-jauh, cukup mulai dari lingkup terdekatnya dulu, yakni dari Desa. Banyak kejanggalan yang terjadi di Desa dari segi keuangan maupun lainnya, mari mengkritisi hal itu," kata Francis Widaswara yang juga Alumni Forum Indonesia Muda dan Penggerak Desa penuh semangat.
Sementara itu, penulis dan pegiat literasi Nissa Rengganis mengatakan bahwa generasi muda selalu menjadi aktor bagi sejarah Indonesia.
"Sejak 1912, 1998, 2019, bahkan saat ini. Sehingga penting adanya untuk dapat menjadi generasi muda yang melek politik, agar tidak mudah terombang-ambing oleh derasnya arus informasi. Seringkali terjadi framing yang hanya mengarah pada aspek pemerintahan, padahal kan anak muda yang ada disana berjuang lebih keras. Banyak isu yang bisa dikawal," ujarnya.
Kegiatan ditutup Pembacaan Deklarasi sekaligus Launching BersamaIndonesia chapter Cirebon yang dipimpin oleh Omar Qad Panity sebagai Koordinator chapter Cirebon Raya.
Menurut Co-Founder Bersama Indonesia, Grady Nagara, Bersama Indonesia adalah Non Government Organization (NGO) yang memiliki visi merangkul anak muda untuk bergerak bersama demi mewujudkan tujuan negara Indonesia, yaitu, Keadilan Sosial. Bersama Indonesia sendiri sudah tersebar di seluruh Indonesia.
"Bersama Indonesia chapter Cirebon sendiri merupakan chapter ke-22 yang sudah dideklarasikan," pungkasnya. (Redaksi)