Perempuan merupakan segmen prioritas literasi dan edukasi keuangan yang dilakukan OJK sehingga OJK mendorong para perempuan menjadi duta-duta literasi keuangan di masyarakat. |
JAKARTA (CIREBON BRIBIN) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Pemerintah terus mendorong peningkatan literasi keuangan masyarakat termasuk melalui kalangan perempuan yang berperan penting dalam keluarga dan negara. Peningkatan literasi keuangan kepada perempuan juga diharapkan berkontribusi mendorong kesejahteraan masyarakat termasuk mendorong perekonomian negara.
Demikian disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam acara Edukasi Keuangan BUNDAKU (Ibu, Anak, dan Keluarga Cakap Keuangan) dengan tema "Ibu Cerdas Keuangan, Mewujudkan Keluarga Sejahtera" di Jakarta, Selasa 25 Juni 2024.
Acara tersebut, juga dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.
"Perempuan merupakan segmen prioritas literasi dan edukasi keuangan yang dilakukan OJK sehingga OJK mendorong para perempuan menjadi duta-duta literasi keuangan di masyarakat," kata Friderica.
“Kita percaya bahwa seorang ibu yang terliterasi maka ia pasti akan mengedukasi anak-anaknya dan juga keluarganya untuk kemudian mereka menjadi melek keuangan dan dapat memanfaatkan produk dan jasa keuangan untuk meningkatkan kesejahteraannya,” sambungnya.
Menurutnya, dari hasil berbagai literasi keuangan yang digelar OJK bersama sejumlah pihak sudah terlihat adanya peningkatan literasi keuangan khususnya di kalangan perempuan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2023 memperlihatkan data, berdasarkan gender, tingkat literasi perempuan adalah sebesar 67 persen, sementara laki-laki sebesar 64 persen.
"Sementara itu, tingkat inklusi keuangan perempuan adalah sebesar 76 persen, dan laki-laki berada pada angka 74 persen," paparnya.
Mahendra Siregar menambahkan, bahwa peningkatan literasi dan inklusi kepada perempuan akan dapat menambah kemampuan daya tahan seisi keluarga terutama dari tawaran-tawaran yang muncul di saluran komunikasi digital.
“Digitalisasi telah melahirkan pula dampak yang merugikan dan tidak diinginkan bagi bangsa dan negara kita. Kita sering mendengar investasi bodong, dan bagaimana pengaruh judi online dan lain-lain. Ini kalo dikatakan anak haram dari digital tech,” kata Mahendra.
Menurutnya digitalisasi di sektor komunikasi beserta dampaknya adalah hal yang tidak bisa dihindarkan sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan daya tahan keluarga melalui peningkatan literasi keuangan Ibu.
“Kami siap mendukung secara penuh seluruh program yang terkait literasi keuangan dan dalam hal ini secara khusus menjadikan BUNDAKU sebagai basis bagi kita melebarkan dan memasyarakatkan secara masif program literasi bagi seluruh bangsa dan negara kita,” katanya.
Sementara itu, Sri Mulyani menyampaikan tentang pentingnya keterlibatan perempuan dalam pengembangan sosial dan ekonomi.
Ia membahas beberapa poin penting seperti pemberdayaan perempuan melalui literasi dan inklusi keuangan dalam konteks pembangunan ekonomi dan sosial serta tantangan dalam peningkatan akses keuangan bagi perempuan.
“Masyarakat perlu untuk bekerja dan maju bersama. Dengan instrumen apapun yang kita miliki, kita terus promote kemajuan perempuan karena perempuan memberikan dampak ke generasi yang akan datang. Ibu-ibu yang hari ini akan diwisuda, tolong ilmunya disebarkan seluas dan sebanyak mungkin karena ilmu itu seperti cinta, semakin disebar semakin bertambah banyak,” tambah Sri Mulyani.
Menurutnya, perempuan yang diberikan akses untuk jadi literate akan mampu mencari informasi dari sekolah serta melalui interaksi sosial sehingga perempuan itu mampu mendidik anaknya dan menciptakan peradaban yang lebih baik termasuk membangun perekonomian bangsa. (CB-003)