KEJAKSAN (CIREBON BRIBIN) - Lembaga survei INDODATA merilis hasil survei perilaku pemilih dalam Pilkada Kota Cirebon tahun 2024.
Direktur Survei INDODATA, Danis Tri Saputra Wibono, dalam keterangannya mengatakan, pihaknya melakukan survei tersebut pada tanggal 1 hingga 20 November 2024.
Survei dilakukan untuk mengetahui persepsi warga pemilih di Kota Cirebon terhadap kinerja pemerintahan daerah, isu-isu politik lokal, partai politik dan calon kepala daerah potensial pilihan warga Kota Cirebon
"Mengetahui faktor-faktor penting apa saja yang berkaitan dengan persepsi tersebut. Mengetahui kekuatan dan kelemahan partai serta pasangan kandidat. Dalam pilkada Kota Cirebon tahun 2024," katanya melalui zoom meeting, Sabtu (23/11).
Ia menuturkan, survei INDODATA, menggunakan teknik multistage random sampling dalam teknik pengambilan sampel.
Dimana sampel di setiap kelurahan, di tingkat Kecamatan dipilih secara random dengan jumlah proposional. Di setiap kelurahan dipilih sebanyak 2 RW dengan cara random.
"Di masing-masing RW dipilih secara random 5 KK dan di setiap KK terpilih dipilih secara random satu orang dewasa lakilaki atau perempuan. Setiap Desa dipilih 5 laki dan 5 perempuan," tuturnya.
Berdasarkan survei, diketahui sebagian besar responden bersuku bangsa Sunda, dengan hampir seluruhnya beragam Islam.
Responden sebagian besar mengenyam pendidikan terakhir tingkat SMA, sudah menikah dan bekerja sebagai pegawai swasta dengan tingkat pendapatan antara Rp3.000.000 sampai Rp4.999.000.
Menurutnya, berdasarkan jawaban responden, terkait preferensi pemilih terhadap kinerja pemerintahan. Permasalahan paling pokok yang dihadapi masyarakat Kota Cirebon saat ini adalah harga-harga kebutuhan pokok yang mahal.
"Ada 66,17 persen yang menjawab harga-harga kebutuhan pokok yang mahal. Sementara 3,67 persen menjawab susahnya mencari lapangan kerja dan sisanya sebanyak 30,17 persen tidak menjawab atau tidak tahu," katanya.
Danis melanjutkan, ada sebanyak 57, 17 persen masyarakat yang menilai bahwa kinerja pemerintahan cukup baik, 16, 33 persen menjawab belum bekerja dengan baik dan sisanya tidak menjawab atau tidak tahu.
Masyarakat yang menghendaki adanya perubahan pada pemerintahan yang akan datang, menurut Danis lagi. Hanya ada 22,0 persen dan sisanya tidak menjawab atau tidak tahu.
"Terkait perubahan yang dikehendaki masyarakat terhadap pemerintahan yang akan datang, ada 46,67 persen menghendaki perubahan pengembangan ekonomi perkotaan. Sebanyak 18,17 persen menghendaki perubahan program dan orietasi pembangunan, sementara sisanya tidak menjawab atau tidak tahu," katanya.
Soal elektabilitas pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Pasangan Dani Mardani dan Fitria Pamungkaswati mendapatkan angka 36,20 persen disusul pasangan Eti Herawati dan Suhendrik 35,10 persen sementara pasangan Edo Effendy dan Siti Farida mendapatkan angka 20, 70 persen. Sisa 8 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
"Sebanyak 54,34 responden menjawab jawaban tersebut sudah mantap. Sementara responden yang menjawab masih mungkin berubah ada 39,30 persen. Respon yang tidak menjawab atau menjawab tidak tahu ada sebanyak 6,17 persen," ujar Danis.
Informasi terkait pasangan calon menurut jawaban responden didapatkan sebagian besar dari tetangga, keluarga dan internet.
Media sosial yang paling banyak diakses responden dari urutan tertinggi adalah Facebook, lalu Instagram dan TikTok.
Terkait respon terhadap politik uang, Dani menyebutkan ada 33, 50 responden yang menjawab akan menerima namun tidak memilih pasangan tersebut. Sebanyak 10 persen menjawab aja menerima dan memilih pasangan yang memberi dan 5 persen menjawab tidak mau menerima.
"Untuk jawaban tidak tahu, tidak menawab atau jangan dibacakan ada 51,50," tambahnya. (CB-003)